Berita

Komponen BDSM, Jenis BDSM, dan Dampak Buruk BDSM Untuk Kesehatan

Sekarang sedang ngetren dengan istilah “BDSM”. Lantas, apa itu BDSM?

BDSM adalah singkatan dari Bondage, Dominance, Sadism dan Masochism. Isitilah BDSM ini tentu masih asing ditelinga sebagaian orang.

BDSM merupakan bentuk penyimpangan seksual yang ber hubungan dengan kekerasan, ikatan, perbudakan serta adanya permainan budak dan tuan.

Komponen BDSM

Ternyata BDSM tidak selamanya negatif. Para peneliti justru menemukan bahwa aktivitas BDSM bisa berdampak positif terhadap kesehatan mental, mulai dari membantu mengurangi stres hingga memperkuat ikatan emosional dengan pasangan.Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah pemahaman dari 3 komponen utama BDSM yang perlu diketahui:

1. Bondage and discipline

Bagian BDSM berupa bondage (perbudakan) dan discipline (disiplin) menggambarkan sebuah permainan peran di mana salah satu pihak berperan sebagai ‘budak’ yang harus disiplin terhadap aturan yang diberikan oleh ‘tuannya’.

Jika budak tersebut tidak disiplin, sang tuan berhak menghukumnya. Kategori ini biasanya melibatkan pengikatan, pemborgolan, atau penahanan.

2. Dominance and submission

Dominance (dominasi) dan submission (penyerahan diri) merupakan permainan peran di mana salah satu pasangan harus tunduk atau pasrah diperlakukan apa pun saat berhubungan seksual oleh Si Dominan (orang yang berkuasa).

3. Sadism and masochism

Sadism (sadism) dan masochism (masokisme) merupakan bagian BDSM di mana salah satu pihak memperlakukan pihak lainnya dengan kasar dan sadis, misalnya menampar, menjambak, memaki, atau membungkam mulut pasangannya, hingga keduanya mencapai kepuasan seksual.

Jenis-jenis BDSM

Secara umum, BDSM melibatkan peran dominan dan submisif atau melibatkan kekuasaan dan kekuatan yang tidak imbang. Meski demikian, bentuknya bisa sangat beragam. Kamu bahkan mungkin pernah mencoba salah satunya. Adapun jenis-jenis BDSM yang umum dilakukan meliputi:

  • Membatasi napas. Dominan mungkin meminta pasangan untuk membatasi udara yang dihirupnya. Selain itu, si dominan juga memberikan perintah kapan submisif harus bernapas atau menahannya
  • Bondage atau permainan yang melibatkan borgol atau tali untuk membatasi gerakan dan menonjolkan kekuasaan
  • Sensation play yang melibatkan sensasi, contohnya menggunakan lilin atau kejut listrik
  • Dua orang memainkan peran tertentu yang biasanya melibatkan kekuasaan, misalnya bos dengan pegawai
  • Ketidaksetujuan konsensual yang dibuat. BDSM ini memperlihatkan adanya penolakan atau ketidaksetujuan, tetapi tetap dilakukan. Namun, praktiknya tetap dengan konsensus bersama, ya.

Dampak Buruk BDSM

Berikut beberapa dampak BDSM bagi kesehatan:

1. Gangguan Alat Vital

Melakukan hubungan seksual dengan kekerasan dan paksaan dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada organ reproduksi, seperti Infeksi vagina Iritasi genital Perdarahan vagian Nyeri saat berhubungan seksual Fibroid Infeksi saluran kemih Nyeri panggul kronis.

2. Gangguan Pernafasan

Saat sedang berhubungan seksual dengan pasangan menggunakan metode BDSM, seringkali sambil mencekik leher korban oleh dominan.

Entah menggunakan tali atau menggunakan tangan. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan pernafasan yang dialami oleh korban.

3, Luka Pada Tubuh

Seringkali perilaku BDSM melakukan tindakan kekerasan sampai melukai korban dan membuat pelaku merasakan kepuasan dengan melihat korban kesakitan.

Beberapa luka bisa disebabkan karena sayatan, cambukan, jeratan, hingga luka bakar karena lilin bdsm serta es batu sebagai media seks.

4. Gagal Ginjal

Perilaku sadis dengan cambukan – cambukan yang mengenai tubuh korban biasanya akan mengakibatkan kesulitan membuang air kecil.

Hasil dari cambukan biasanya akan memicu trauma pada ginjal dan bisa mengalami pendarahan pada kemaluan.

5. Terkena Penyakit HIV/AIDS

Korban bisa terkena penyakit HIV/AIDS karena hubungan seksual dengan benda – benda yang dipaklai secara bergilir dan kurang bersih.

Selain itu pelaku seks juga sering bergonta ganti pasangan. Tidak menutup kemungkinan korban mengalami infeksi menular seksual lainnya terutama jika kekerasan yang dialami berupa penetrasi organ intim.